8 Januari 2018
11:12 PM“Tell me something girl, are you happy in this modern world?
Or do you need more? Is there something else you’re
searching for?”
Shallow – Bradley Cooper ft Lady Gaga
***
Sebuah lirik lagu yang berhasil membuat saya menangis
meraung-raung malam ini. Di sebuah kamar di lantai 2 rumah tua di kota Bandung.
Membangkitkan kenangan setahun lalu akan keputusan yang masih saya pertanyakan
hingga sekarang. Benarkah? Tepatkah? Perlukah? Tentang sebuah hati yang
tersakiti. Tentang sebuah hati lain yang mencari. Tentang sebuah hati lain lagi
yang menuntut. Dan tentang sebuah hati lainnya lagi yang mencoba mencari
kebenaran.
Tepat setahun lalu, masa depan yang pernah saya bayangkan
hancur seketika. Masa depan semu yang kalau diingat, sungguh bodoh rasanya
untuk dibayangkan. Meski apa yang terjadi sungguh tidak berarti. Meski apa yang
terjadi masih abu-abu. Meski apa yang terjadi masih merupakan sebuah tanda
tanya besar. Tapi mata ini diciptakan untuk melihat dan otak ini diciptakan
untuk berpikir. Dan saya tidak bodoh, dan jelas saya tidak buta.
Tepat setahun lalu, semuanya berubah. Kata percaya sudah
menjadi suatu yang sulit dilakukan dan tak mungkin. Kata setia sudah menjadi
suatu yang langka dan terlupakan. Dan kata bahagia sudah menjadi suatu yang
asing di hati dan tak berarti. Dua kali sudah menjadi saksi atas jiwa yang
hancur berantakan. Dua kali sudah menjadi saksi atas pandangan yang seketika
kosong. Tembok yang sudah runtuh terpaksa dibangun kembali. Airmata yang sudah
kering tiba-tiba terisi kembali. Dan hati yang sudah menyatu menjadi hancur
kembali.
Tidak perlu tahu apa yang terjadi, tapi saya perlu
menuliskan ini sebagai pengingat. Baik untuk saya, Anda, kalian dan teruntuk
Kamu.
Untuk Kamu yang bahagia sementara, terima kasih. Terima
kasih karena sudah membuktikan bahwa Kamu memanglah tidak layak. Terima kasih
karena sudah membantu saya mengambil keputusan ini. Terima kasih karena sudah
merusak hati yang telah susah payah dibentuk kembali. Ingatlah jika suatu saat
nanti bahagiamu sudah selesai, saya berjanji tidak akan berpaling dan kembali.
Aku akan berlalu dan berlari jauh, hingga tiada lagi saya dalam hidupmu. Karena
jika suatu saat nanti tembok ini siap untuk runtuh selamanya, saya tidak ingin
ada Kamu sedikitpun.
Dan untuk kamu yang membahagiakan Kamu sementara, selamat.
Selamat menuai benih yang kamu tanam. Pergilah sejauh mungkin. Karena setelah
semua yang kamu dan Kamu perbuat, setidaknya biarkan saya merasa damai meski
ini akan membekas selamanya.
***
Bandung, 8 Januari 2019
Tepat satu tahun sejak nafas ini tercekat,
mungkin untuk selamanya
0 comments