So I Guess I'll See You Soon
12:34 AM
Siapa sangka 100 hari ternyata berlalu begitu cepat?
Ya. Sudah 100 hari berlalu sejak terakhir kali saya memeluk tubuhnya yang terbaring kaku di atas tempat tidur sebuah rumah sakit di daerah Tebet itu. Sudah 14 minggu, sudah 100 hari, sudah 2400 jam, sudah 144.000 menit dan sudah 8.640.000 detik berlalu sejak saat itu.
Ah. Tidak.
Rasanya sudah lebih dari 100 hari saya tidak memeluk dirinya. Rasanya sudah lebih dari 100 hari saya bilang "I Love You" pada dirinya. Ya. Saya memang bukan sosok yang dengan mudah mengekspresikan rasa sayang dan cinta saya pada dirinya. Seringnya yang terucapkan adalah amarah dan rasa kesal karena ia mengingkari janji atau tidak menuruti keinginan saya. Ya. Sebegitu manjanya saya pada dirinya. Sebegitu jahatnya saya pada dirinya.
Tapi sebegitu besar pula cintanya pada saya. Ia rela bergadang setiap malam demi menyelesaikan pekerjaannya untuk saya. Ia rela bangun pagi esoknya untuk membangunkan serta mengantarkan saya kemanapun saya mau. Ia rela menjemput saya kapanpun dan dimanapun saya berada. Ia juga rela memberikan lembar uang terakhir di dompetnya untuk saya.
Dan kini semuanya tidak lagi sama. Tidak ada lagi yang mengetuk pintu kamar saya jam 5 pagi untuk mengajak sholat subuh. Tidak ada lagi yang mengantarkan saya kuliah setiap pagi. Tidak ada lagi yang menelpon sekedar bertanya mau dijemput atau tidak. Tidak ada lagi yang merelakan dirinya untuk jadi pasien percobaan saya. Tidak ada lagi bunyi ketikan di ruang kerja pada pukul 1 dini hari. Tidak ada lagi yang menunggu saya di ruang tamu ketika saya pulang pagi.
Dan atas kebodohan-kebodohan yang saya lakukan selama hidup saya, sekalipun tidak pernah ia marah. Ia hanya tersenyum dan tertawa. Memberitahu sambil berlalu, menasehati tanpa menggurui.
Yah, aku rindu sama ayah. Aku rindu dibangunin sama ayah. Aku rindu dianterin sama ayah. Aku rindu dijemput sama ayah. Aku rindu ditungguin sama ayah. Aku rindu dipanggil kakak sama ayah. Aku rindu marah sama ayah. Bahkan aku rindu digodain dan dimarahin sama ayah.
Aku rindu, yah. Aku rindu.
Mampirlah sebentar, agar wajahmu tidak pudar dari ingatanku. Mampirlah sebentar, agar aku ingat harum tubuhmu. Mampirlah sebentar, agar rindu ini terbayarkan. Mampirlah sebentar, agar kenangannya tak pernah hilang. Mampirlah sebentar, agar aku bisa tertawa lagi. Mampirlah sebentar, agar airmata ini berhenti sejenak. Mampirlah sebentar, agar aku kuat kembali. Mampirlah sebentar, meski itu hanya dalam mimpi.
Mampirlah sebentar.
Agar aku bisa berkata sampai jumpa secepatnya.
0 comments