Sedikit Tentang : Ayah

12:48 PM

Siapa sangka saya bisa bertahan selama 365 hari tanpa dirimu?


Sepanjang hidup ini, yang saya tahu adalah 'Ayah, jemput aku di x dong!', 'bantuin aku, please?', 'ini gimana sih? ajarin dong, yah', 'temenin aku pergi yuk, yah' dan masih banyak hal lainnya.

Kita tidak pernah berpisah selama ini. Lebih dari satu minggu pun rasanya tidak pernah. Seandainya pernah, selalu ada telepon yang menanti untuk diangkat atau pesan singkat yang menanti untuk dibalas. Tidak pernah sesepi ini, tidak pernah sesedih ini. Iya, saya sedih. Entah sampai kapan, mungkin selamanya. Yang jelas sulit untuk melupakanmu yang sudah saya tahu sejak hari pertama saya ada di dunia ini.

Saya rindu, pada raga yang tidak bisa tidur jika saya belum terbaring diatas tempat tidur saya sendiri. Saya rindu, pada sosok yang bangun lebih pagi untuk membangunkan serta mengantar saya ke sekolah setiap harinya. Saya rindu, pada wajah lelah yang ditutupi dengan senyum sendu yang berhasil ia paksakan. Saya rindu, pada canda serta gelak tawa yang selalu saya benci dan hindari setiap hari. Saya rindu, pada jemari yang menghapus airmata saya serta lengan yang siap memeluk saya kapan saja.

Saya rindu, yah. Saya rindu. Sesederhana itu namun serumit itu. Bagaimana pula memeluk sosok yang tak lagi ada raganya? Bagaimana pula bercerita pada sosok yang tak lagi ada jiwanya? Bagaimana pula menyampaikan rindu pada sosok yang kini berganti menjadi rumput serta nisan yang kaku.

Katakan kapan saya akan terbangun dari mimpi buruk ini? Setelah setahun lamanya saya menangis, belum juga cukupkah untuk terbangun dari mimpi buruk ini?  Katanya lama-lama akan berlalu namun yang ada hati semakin pilu. Saya tidak akan pernah berpaling, saya tidak akan pernah lupa. Meski begitu saya masih menganggap semua ini hanya mimpi. Saya masih berharap semua ini akan segera berakhir.

Saya masih menatap kosong pada pintu gerbang rumah kita yang tidak pernah saya kunci seperti dulu. Berharap suatu saat nanti kamu akan datang mengetuk dan mengatakan bahwa setahun ini kamu hanya bercanda. Saya masih menatap kosong pada kamar mandi yang tidak pernah saya matikan lampunya. Siapa tahu ternyata setahun ini kamu hanya sedang berlama-lama di kamar mandi seperti biasanya. Saya masih menatap kosong pada tempat tidurmu yang tidak pernah saya tata lagi setiap hari. Mencoba mengingat bagaimana rupamu saat tidur dengan lelapnya karena lelah bekerja untuk kami semua.

Percaya atau tidak, disinilah saya. Bertahan dan melawan semua derita kehidupan tanpa bantuan darimu seperti dulu lagi. Diselimuti berjuta luka yang menceritakan kisah yang berbeda di setiap lekukannya. Setidaknya saya mencoba meskipun rasanya sulit. Setidaknya saya melawan meskipun rasanya sepi.

Tapi jangan khawatir, Ayah. Meski semuanya sudah saya lakukan sendiri, saya akan selalu menjadi gadis kecil-mu yang tidak akan pernah berhenti rindu padamu.

You Might Also Like

1 comments

  1. May Allah bless your father as always, Anjani

    ReplyDelete

Subscribe